Matapubliknews.com

Pasar Malam dan Kontrol Sosial, Wartawan dan LSM Mesti Ambil Peran

Pasar Malam dan Kontrol Sosial, Wartawan dan LSM Mesti Ambil Peran

Lintang Kanan, Empat Lawang – Dalam waktu dekat, Desa Muara Danau, Kecamatan Lintang Kanan, akan menjadi lokasi digelarnya pasar malam. Deretan gerobak makanan dan wahana permainan mulai berdatangan, menyambut antusiasme warga yang haus hiburan. Namun di balik semarak persiapan tersebut, ada satu hal yang tak boleh dilupakan: pentingnya kontrol sosial dari masyarakat, khususnya dari kalangan wartawan dan LSM lokal.

Pasar malam telah lama menjadi hiburan rakyat yang dinanti-nanti, terutama di wilayah pedesaan. Namun, seperti dua sisi mata uang, kegiatan ini juga kerap memunculkan persoalan: mulai dari kemacetan, kebisingan hingga larut malam, pungutan liar, hingga praktik permainan berkedok judi. Sejumlah warga bahkan telah menyuarakan kekhawatiran soal pengaturan parkir yang semrawut dan pembagian lapak yang dinilai tidak transparan.

Di tengah kondisi ini, wartawan lokal memiliki peran vital. Bukan sekadar mencatat peristiwa, tapi menjadi penjaga transparansi dan penyampai suara publik. Persoalan teknis seperti retribusi lapak, perizinan, dan kenyamanan pengunjung harus menjadi perhatian. Wartawan bisa dan harus menanyai langsung pihak penyelenggara, pemerintah kecamatan, maupun aparat keamanan, agar pasar malam berjalan sesuai aturan dan etika publik.

Tugas wartawan bukan mencari kesalahan, melainkan memastikan bahwa hiburan rakyat tidak melupakan tata kelola yang baik. Di tangan wartawan pula, keluhan warga dapat dikemas menjadi informasi yang membangun kesadaran bersama.

Selain wartawan, lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga diharapkan berperan aktif. Di Lintang Kanan, beberapa LSM dikenal rutin mendampingi program sosial. Momentum pasar malam seharusnya menjadi ruang baru bagi LSM untuk:

Mendorong keterlibatan pedagang lokal
Mengawasi potensi pelanggaran norma sosial
Menindaklanjuti aduan warga soal pungli dan ketertutupan informasi

LSM memiliki kekuatan dalam hal advokasi dan mediasi. Mereka bisa menjadi jembatan antara warga dan pemerintah, menyuarakan kegelisahan masyarakat tanpa perlu menunggu terjadi konflik terbuka.

Sayangnya, tak jarang di lapangan ditemukan wartawan yang hanya hadir untuk mendokumentasikan seremoni pembukaan, atau LSM yang menghilang setelah acara dimulai. Padahal, sinergi antara pemerintah, wartawan, dan LSM justru bisa menjadikan pasar malam sebagai simbol kematangan sosial masyarakat desa.

Pasar malam boleh meriah, tapi tidak boleh menjadi ajang pembiaran. Hiburan yang baik adalah hiburan yang bermartabat dan berpihak pada warga.

Sebentar lagi pasar malam akan dibuka. Panggung sudah berdiri, lampu-lampu mulai menyala, dan dentuman musik mulai terdengar. Namun, di balik itu semua, ada tanggung jawab sosial yang harus dipikul bersama.

Kepada rekan-rekan wartawan dan aktivis LSM:
Apakah kegiatan ini sudah berizin resmi?
Apakah pedagang lokal diberi ruang?
Apakah tarif lapak transparan dan adil?

Kalau jawabannya belum jelas, maka peran kalianlah yang ditunggu.

Pasar malam bisa jadi berkah ekonomi dan ruang hiburan, namun juga bisa jadi sumber masalah jika kalian semua memilih diam. Inilah saatnya wartawan dan LSM hadir sebagai garda moral, menjaga agar kegiatan rakyat ini tetap sehat, adil, dan bermartabat.

Karena tugas wartawan adalah menyampaikan kebenaran.
Dan tugas LSM adalah membela warga.
Hiburan rakyat tidak boleh kehilangan martabatnya.
Dan kontrol sosial tak boleh sekadar slogan.

(Yan-Cs)





Type and hit Enter to search

Close